Kamis, 05 Desember 2013

Kamu dan Bahasa Daerah

Tes bahasa daerah. Ya, itulah salah satu hal yang aku ingat darimu.

'Ini apa?' 'Itu apa?' 'Parah, aku bahkan tidak tahu artinya. Bagaimana aku dapat mengisi kertas essay ini?'

Dasar nomaden. Mungkin itulah salah satu alasan kenapa kamu kurang dalam menguasai bahasa daerah.

Kamu mengusap rambutmu. Pertanda bahwa kamu sedang gelisah. Kemudian kamu menjambak rambut landakmu itu. Dan kamu tersenyum bodoh.

Aku memperhatikanmu dari ujung ruangan. Rasanya aku ingin tertawa karena ulahmu. Nampaknya kamu benar-benar tidak mengerti akan bahasa daerah ini. Aku melirik ke arahmu lagi. Kemudian sepasang mata sipit menatapku tajam dan memberi sinyal, 'Tolong aku!'

Aku tersenyum licik. Aku pura-pura tidak melihatmu. Kemudian kamu memberiku sinyal lagi. Aku menyerah. Iya, nomor empat belas, D.

Waktu tes sudah habis. Aku beranjak dari tempat dudukku. Begitupun kamu. Lalu kamu menghampiriku, menunjukan kertas essaymu yang kosong melompong. Aku terbelalak dan kamu bertingkah layaknya tidak ada yang salah.

Ya, kamu dan bahasa daerah tidak akan pernah bisa bersatu.
Sama halnya dengan aku dan kamu yang tidak akan mungkin lagi bersatu menjadi 'Kita'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar