Seperti biasa. Aku duduk di kursi depan bangkunya. Hanya diam. Tidak ada yang ingin aku ucapkan. Biasanya obrolan antara aku dan Ken dimulai ketika kita saling melihat satu sama lain. Tapi kali ini berbeda, bibirku terlalu beku untuk digerakkan.
Aku diam. Ken diam. Keadaan memaksaku untuk diam. Sepertinya aku melihat ada jarak antara aku dan Ken. Apakah semua ini ulah rasa yang aku alami beberapa saat ini? Tak ada ada yang tau.
Aku utak-atik ponselku dan berbicara hal-hal menarik dengan Ita. Tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ken. Rasanya tulang leherku sedang tidak berfungsi.
Tapi aku merasa........ sepi. Tanpa obrolan yang bodoh bersamamu, satu hari begitu terasa sangat lama. Aku bosan.
Jarak. Jarak untuk mengobrol denganmu sepertinya sangat panjang. Ada jarak diantara kita. Kita tidak bertingkah seperti biasanya. Iya, sunyi.
Kita bak orang yang benar-benar saling mengerti satu sama lain di dunia komunikasi, tapi sayang, kita seperti dua orang yang baru bertemu jika di dunia asli. Layaknya orang baru dan enggan untuk memperlihatkan sifat asli.
Maaf. Akhir-akhir ini aku menyukaimu, Ken. Dan entah apa yang telah membuatku begitu enggan untuk berbicara denganmu di dunia nyata. Mungkin rasa gengsi yang menyelimuti aku saat ini.
Kamu sadar. Iya, kamu sadar bahwa kita telah berubah. Hanya ada keheningan diantara kita. Padahal awalnya kita adalah dua orang yang benar-benar berisik.
Maaf telah diam disaat kita mempunyai kesempatan. Maaf, lidahku kelu disaat aku harus berbicara padamu. Maaf, aku menyukaimu. Dan beribu maaf untuk harapanku yang saat ini menginginkanmu.
Kamis, 28 November 2013
Aku, Kamu, dan Kesunyian November.
Published with Blogger-droid v2.0.10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar