Rabu, 30 Oktober 2013

Like We Used To [Cerbung Part 3]

'Tunggu, Ken! Hari ini ada latihan seni budaya! Jangan pulang dulu.' ku kejar Ken yang sedang mencoba untuk kabur dari latihan seni budaya yang rutin kami lakukan hampir setiap hari.
'Tapi aku lagi males, Nad....' keluh Ken.
'Udah, have fun aja lah!' Aku mencoba membujuk Ken.
'Lagian aku kan nanti yang main keyboard dan untuk latihan rutin ini tidak ada keyboard, jadi lebih baik aku pulang saja.' Ken berusaha kabur lagi.
'Ngacil deh kamu, Ken!' Kutarik tas Ken dan menyeretnya ke dalam kelas.

Aku dan kelompokku sedang berdiskusi tentang lagu bebas yang akan kami nyanyikan nanti. A Thousand Years benar-benar lagu yang susah untuk dinyanyikan.

'Kita ganti Butiran Debu aja deh, gimana?' Usul Rue.

Kami mengiyakan.

Aku yang belum terlalu hafal lagu Butiran Debu merasa terintimidasi dengan teman-temanku yang sudah mengetahui liriknya di luar kepala.

Aku pindah dari posisi awalku dan beranjak menuju koridor kelas untuk menghafalkan lirik Butiran Debu. Aku juga sebenarnya mempunyai tujuan lain; aku hanya ingin memastikan apakah Si Jago Gitar sudah pulang atau belum.

Ku lihat ke arah kiri. Kelasnya berada di sebelah kiri kelasku. Kelas kami hanya dipisahkan oleh tangga. Ku lihat lagi lebih perlahan dan...

'Sedang mencari Si Jago Gitar, ya? Dia sudah pulang.' Tiba-tiba Ken ada di sebelahku.
'E... eh... kamu Ken. Sejak kapan kamu di sini? Kenapa kamu tidak bergabung dengan Fathan dan yang lainnya?' Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
'Ngeles aja bisanya. Haha. Si Jago Gitar sudah pulang. Percuma kalau kamu masih mencarinya.' Kata Ken.
'Ih apaan sih. Udah udah kamu lebih baik pergi aja deh. Shoo shooo!' Usirku.
'Beneran ya? Aku pergi? Pulang ya? Ayo sihhhh, nanti malam ada pertandingan MU dan aku mau tidur siang agar aku dapat menontonnya. Ya, ya? Please....' ronta Ken.

Ya, aku tau, Ken adalah penggemar salah satu klub bola yang besar itu dan akan sangat menyedihkan apabila Ia melewatkan satu saja pertandingannya.

'Eeem.... yaudah, tapi kamu harus minta izin dulu ke teman-teman ya lain.' Akhirnya hatiku luluh juha.
'Yeeee, thanks, Nad.' Kulihat kegembiraan terlukis di wajahnua.
'Iyeeee.' Balasku.

Selasa, 29 Oktober 2013

Like We Used To [Cerbung Part 2]

Kamis. Hari yang paling dibenci oleh anak-anak kelas. Bagaimana tidak, Fisika, Matematika, Seni Budaya dan Kimia bersatu menjadi kesatuan yang benar-benar membuat kami muak.

Tidak terkecuali, Seni budaya.

Setelah kemarin tugas mendaur ulang barang bekas, kini saatnya tugas mengaransemen lagu.

Aku tidak mempunyai bakat dalam seni. Tolong aku.

Ibu Wati, guru Seni Budaya memerintah Rue untuk membuat gulungan kertas yang berisi nama-nama anak kelas, kemudian Ibu Wati mengelompokannya untuk menjadi sebuah kelompok seni musik.

Kelompok demi kelompok telah Ibu Wati bagi, tapi namaku belum saja disebut olehnya.

"Kelompok empat beranggotakan; Fathan, Rue, Ken, Anti, Dwiki, Elin, dan Nadia."

Ah akhirnya namaku disebut juga.... but, wait...

Ken...
Ken...
Ken...

Lagi-lagi Ken.
"Oh, God... why? Kenapa kamu lagi kamu lagi, Ken?" Keluhku.
"Haha, entahlah. Aku bosan satu kelompok denganmu, Nad."
"Lalu kamu pikir aku tidak bosan? Huh." Ken benar-benar membuatku jengkel.

Aku bosan satu kelompok dengan Ken. Sepertinya hampir setiap pelajaran, aku selalu satu kelompok dengannya. Entah itu disengaja atau tidak. Selalu saja Ken. Aku bosan Ken. Sungguh.

"Sudah sudah, Ken dan Nadia bertengkarnya nanti lagi saja." Potong Fathan.

Aku dan Ken saling menatap hina.

"..... guys, berhenti saling menatap seperti itu. Mari kita bicarakan lagu apa yang akan kita aransemen." Kata Fathan.

"Hmm... bagaimana kalau A Thousand Years-nya Christina Perry?" Usulku.
"Boleh juga tuh!" Teman-temanku mengiyakan.
"Tapi... lagu itu terlalu galau ngga sih, Nad?" Tanya Fathan.
"Iya sih... tapi lagunya enak kok. Galaunya di lirik yang 'How to be brave? How can I love when I'm afraid to fall?' "
"Huh dasar. Jomblo sih, jadi galau terus." Celetuk Ken.
"Heh, kok kamu ngga terimaan aja? Shut the fck up!!" Lagi-lagi Ken membuatku jengkel.
"Ih biarin. Dasar jomblo tukang nunggu weeee." Ejek Ken.
Rasanya aku ingin memukul kepalanya yang besar itu dengan sepatuku.
"Heeeey, bisakah kalian agak 'kalem' sebentar? Jangan berantem terus. Aku pusing melihat kalian yang selalu ribut setiap hari." potong Fathan.
Akhirnya aku dan Ken diam sejenak. Kupandangi mata sipit Ken. Ingin aku mencolok dua mata kepunyaan orang yang paling menyebalkan di dunia dan menelan bulat-bulat kedua bola mata itu.
"Apa kamu liat liat?" Kata Ken dengan nada mengejek.
"Ih, siapa juga yang ngeliat kamu. GR ish." Balasku.
"Diam atau kalian aku keluarkan dari kelompok ini." Kata Fathan.
"Ampun, Than! Hehe." Balas kami berdua.
"Okay, lagu bebas udah fix A Thousand Years, ya. Lalu lagu nasional sama daerahnya apaan?" Tanya Fathan.
"Lagu nasionalnya bangun pemudi pemuda aja!" Usul Rue.
"Dan lagu daerahnya Yamko Rambe Yamko aja!" Anti memberi usul.
Kami mengiyakan.
"Fixed, ya. Nanti aku yang main gitar dan Ken yang main keyboard." Kata Fathan.
"Oke siaaaaap!" Jawab aku dan kelompokku serentak.

Published with Blogger-droid v2.0.10

Like We Used To [Cerbung Part 1]

'Bodoh! Cepat tawarkan kursi kosongmu itu ke Fasa! Tunggu apa lagi!!'

Ya, itulah kata-kata yang aku keluarkan setiap pelajaran kimia berlangsung. Guru kimia kami memang agak 'berbeda'. Tempat duduk di kelas diatur sedemikian rupa agar satu bangku terdapat satu anak laki-laki dan perempuan. Demi keamanan, katanya.

'Tapi.. Nad..' kulihat gelegat Ken. Sepertinya dia salah tingkah.
'Sudah diam. Percaya sama aku. It works.'

Bagaimana Ken tidak salah tingkah, Fasa adalah anak perempuan di kelas yang Ken sukai. Lucu memang melihat anak laki-laki yang sedang 'mempunyai rasa'.

Kulihat wajah Ken. Agak sedikit kebingungan dengan kesempatan yang dimilikinya itu. Entahlah, tapi aku senang melihat Ken dengan Fasa. Aku membayangkan betapa lucunya jika Ken benar-benar akan bersama Fasa. Ken adalah tipikal orang yang tidak bisa diam, humoris, dan menjengkelkan, sedangkan Fasa adalah tipe anak perempuan yang kalem. Dunia memang sudah goyah.

***

'Terima kasih ya.' Ken menghampiriku.
'Anytime, dude.'

***
Setiap malam-mungkin hampir setiap malam- aku dan Ken selalu berbagi cerita. Aku bercertia tentang Si Jago Gitar dan Ken dengan Si Imut Fasa-nya.

N : 'Ken... aku galau...'
K : 'Galau kenapa?'
N : 'Ntahlah. Aku lelah menunggu Si Jago gitar. Hampir 8 bulan ini aku mengaguminya tapi... tak ada respon.'
K : 'Haha, move on lah.'
N : 'Ngga segampang itu, Bodoh.'
K : 'Eh, Nad.'
N : 'Apa?'
K : 'Kamu punya nomor Fasa?'
N : 'Ngga, kenapa?'
K : 'Yah... nggak apa-apa kok.'
N : 'Haha! Kamu mau modus ya?'
K : 'Ngga wee.'
N : 'Ngaku aja deh kalau sama aku sih. Selawwww'
K : 'Haha, iya deh.'
N : 'Yaudah besok aku bakal kasih kamu nomor Fasa.'
K : 'Serius? Thanks, Nad!'
N : 'Santaiii, tapi kita harus mengadakan timbal balik ya.'
K : 'Okaaay. Tenang aja hehe.'

***

K : 'Udah dapet belom, Nad?'
N : 'Udah nih. Cepet sms doi!'
K : 'Sms apa? Terus aku harus ngomong apa?'
N : 'Bodoh, tanyakan saja hal kecil, pekerjaan rumah, misalnya.'
K : 'Terus kalau ngga dibales, gimana?'
N : 'Ya.. itusih derita kamu.'
K : 'Huh.'
N : 'Haha, cepat! Sms dia!!!'
K : 'Iyee iyee udah kok.'
N : 'Nah gitu dong. Jangan kecing. Crushing on itu emang seru.'
K : 'Dasar jomblo.'
N : 'Take a mirror dude.'

***

Semakin hari aku dan Ken makin dekat saja. Aku menganggap Ken adalah 'Bank Rahasia'. Ya, hampir seluruh cerita 'rahasia'ku aku curahkan semuanya kepadanya. Dia memang anak laki-laki yang baik, tidak seperti anak lainnya. Dia berbeda. Dia mau medengarkanku sebisanya, dia mau membantuku untuk 'modus' ke Si Jago Gitar.

Entah ada apa, tapi aku baru saja merasakan rasanya mempunyai teman laki-laki yang sebaik dia. Padahal kami baru saling mengenal satu sama lain. SMA Garuda yang menyatukan aku, Ken, dan teman-teman di kelas X.9 ini. Rasanya aku benar-benar menemukan 'rumah' baru di sini.

Be nice, everyone. Aku tahu ini adalah tiga bulan pertamaku di sekolah ini, tapi entahlah, aku nyaman.

30

Published with Blogger-droid v2.0.10

Yes, you won't find what the pleasant is if you're looking for it. Karena rasa nyaman itu datang begitu saja dan... tidak terduga. I'm officially yours, DETROIT.

Senin, 28 Oktober 2013

Satu Tahun Lalu

Hai, You!

Tiba-tiba saja teringat kamu. Kubuka lagi isi pesan teks yang mungkin seharusnya sudah kadaluarsa, Iya, umur pesan teks itu kini genap satu tahun. Pesan teks yang saling kita kiram masih aku simpan rapih.

Lucunya, aku lihat-lihat lagi isi pesan teks kita. Aku meminta bantuanmu untuk mencari tugas agama dan kamu mengiyakan. Lucu memang, dimana kita bertolak belakang tapi entah apa yang membuatmu mencarikanku tugas itu.

'Husnuzan dan Suudzan?' Isi pesan itu.

Aku berani bertaruh bahwa kamu telah melupakannya. Lupa? Wajar. Itu manusiawi.

Minggu, 27 Oktober 2013

Tbh, I'm not alone anymore. Finally i find my new family. Let's against the world together, 30.

Rabu, 23 Oktober 2013

Jika pertemuan adalah awal perpisahan, maka aku akan berharap semoga kita tidak pernah dipertemukan.

Lebih baik aku mengeluarkan air mata daripada mengirimmu pesan yang berisi 'Aku rindu kamu.'

Selasa, 22 Oktober 2013

February, 2013

"We're smiling but we're close to tears, Even after all these years, We just now got the feeling that we're meeting for the first time."

Gimana kalau kita tukar posisi? Kamu jadi aku yang ngangenin kamu tiap hari dan Aku jadi kamu yang benar-benar sibuk dan ngga peduli?

Honestly, I'm still in love with you, Dear.

Andai saja aku masih dapat melihatmu. Walaupun dari balkon kelas. Andai saja.

Senin, 21 Oktober 2013

Six Degrees Of Separation

'First, you think the worst is a broken heart

What's gonna kill you is the second part

And the third, is when your world splits down the middle

And fourth, you're gonna think that you fixed yourself

Fifth, you see them out with someone else

And the sixth, i s when you admit that you may have fucked up a little.'

Million Problems

Well, tbh, I'm on underpressure. I'm on the top of sadness now. I feel I'm useless as trash. Yes, I'm a chicken. Fear, tears, pain, sadness, and those bad things are my friends now. I'm desperate. Seriously.

How can i survive in this cruel world with tons of pain?

Why is life too unfair, Dad?

Why people always make my tears are going down?
Why people always press me and make me tired?
Why I want to cut myself?

Why, Dad? Why?

Honestly, I have no friend in class. My classmates are so freaking suck. They can't appreciate me. They can't hear my opions. Are they deaf, Dad? If they aren't, why they always tossed my opinion in the trash?

Is it hard to share my opinions, Dad?
If there's limit in it, why does Pancasila exist?

Those aren't the worst part, yes, there are the worse part than the worst. How can? Haha. Think it.

I think.... the worst thing in life is...
1. Being alone
2. Being left
3. Being replaced
And the last is...
4. Being forgotten.

First, being alone. Yes. I'm alone, Dad. I have no friend. Some peolple who was always there for me had had a new friend.... and i'm alone. How stupid i am. I just can't get in to my new. They are too heterogeneous. I miss my old friend, Dad. Can i get them back? Though there are you, mom, and my sisters, why am i still alone, Dad?

Second, being left. Yessss. The sad part of it is... i' ve been left by Kevin. You know, he's my-best-friend ever. Although he's so freaking annoying, he understood me. He was always there for me. He is the one who i shared my problems with. He's the best after Ica. But he has gone. He should've go to Bekasi, because of his parents. Sad, to lose something that you love the most. I don't wanna lose the one that i love the most, but the fact; I get that pain. It hurts. Can you bring him back to me?

One question :
When you lose something you can't replace, what would you do?

Third, being replaced.
Yes, I've been replaced. See? My besties have had a new friend. How can they replaced me too easily when I trapped in the past?
I know, I'm just a little piece of their life, but... it hurts when you know you've been replaced by someone who means the most for you. Someone who's the best for you.

Let me wipe my tears.

Well, this is the worst part.

Being forgotten.

We always together.
We always did the stupid thing together.
We loved each other.
We shared our story.
We shared our happines together.
We always there if one of us really need each other.

Then... we lost it all.
Those memories always run in my mind. How can i forget the sweetest moments with you? How can I erase you from my mind?

Do you still remember our memories, Dear?

You are the one who punched me with your white phone on my head.
You are the one who I taught how to make a origami bird.
You are the one who called me in the middle night just to shared our story.
You are the one who I spent my day with.
You are the one who made me laugh.
You are the one who made a song for me.

Then.. where are you now, Vin?
I miss you. Too much miss. It's too much.

I bet, you forgot our memories. Yes, I've been forgotten.

It's so hard for me to forget you, Dear.

You never cross my mind, you stay on it.

Is there a chance for me to see you again?
Just one more chance, please.

At the end, i hate being like this. I feel like i'm on the top of the pain. Is it hard to do to accept every opinions? Why they treat me so bad when i try to be a nice person in front of them? I didn't do something wrong, right? I'm on underpressure for sure. It's like i wanna cut myself. I have no friend to share my fuckin problem.  To help me to solve it. I feel i'm the lonelinest gurl in this fucking world. They have new friends. Fyi, being left, being replaced is better than being forgotten. Being forgotten causes being alone and i hate being like this.

I'm enough. It's too much. If i could go away from this cruel world, i would.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Forever and Never

'Nothing lasts forever.' - Simple Plan

Iya, tidak ada yang abadi. Begitupun kehidupan. Kalau begitu, dapatkah aku menjadi 'Nothing'mu? Agar aku dapat menjadi 'Last Forever'mu.

'Kalau saja aku tidak mempunyai rasa gengsi, aku akan menelponmu dan mencurahkan seluruh masalahku padamu. Seperti dulu, bedanya, dulu kamu selalu ada.'

'Well I've tried to life without you, the tears fall from my eyes. I'm alone and i feel empty. God, I'm torn apart inside.'

Jumat, 18 Oktober 2013

Because being alone is better than feel so alone in the crowded room.

Oktober dan Serdadunya

Oktober, 2012

Kubaringkan tubuhku ke atas benda empuk ini. Rasanya aku sedang berada di surga dunia. Bah, capek sekali. Satu hari penuh tenagaku dikeluarkan, belum lagi ada tambahan kegiatan yang benar-benar membuat tenagaku semakin menipis.

'Keeeeen.' Kukirim satu pesan teks pada sahabat laki-lakiku. Rasanya aku baru saja merasakan titik puncak kenyamanan dengan lawan jenis. Baru saja aku merasakan ini.

Tak lama kemudian, muncul sebuah notifikasi dari ponselku. 'Jaaaav javvvv.'

'Don't call me like that, dude-_- Kennnn, aku beteee.' Balasku.

'Yaudah, dav dav. Hehe. Kenapa?'

'Aku capek. Bayangin deh, blah blah blah.' Aku ungkapkan segala sesuatu yang benar-benar mengganggu pikiranku. Entah itu pelajaran, teman, ekskul, dan semuanya. Aku ungkapkan semuanya kepada Ken.

'Yaudah, sabar aja ya jav.'

Hanya itu? Hanya itu balasannya? Menyebalkan.

Tapi entah mengapa aku merasa sangat senang mempunyai teman macam Ken. Setidaknya aku mempunyai teman yang benar-benar dapat mendengarkanku walaupun ocehanku terkadang sangat tidak jelas. Dia selalu ada di saat aku benar-benar membutuhkannya. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih atas 'malaikat gagalmu' yang selalu ada untukku. Terima kasih, Ken.

Oktober, 2013

Rasanya aku ingin mati saja. Aku lelah dengan dunia. Sudah tau fana, masih saja dijalankan. Bodoh. Untuk apa aku hidup di dunia ini.

Dan besok.... serah terima jabatan ekskul yang aku geluti selama satu tahun ini. Apakah aku pantas? Apakah aku layak menerima jabatan itu? Apakah aku dapat bertanggung jawab atas semua kepercayaan itu? Aku bear-benar merasa tertekan.

Layak kah aku?

Penderitaan tidak sampai di situ. Besok aku harus menempuh tiga ulangan sekaligus; Fisika, Matematika, dan Biologi. Aku lelah. Sungguh.

Satu lagi...
Have you ever feel like a waste of space?
Aku pernah. Saat ini pula aku merasakannya. Persetan dengan semua itu.

Pernahkah kalian merasa benar-benar tidak dihargai?
Pernahkah kalian hanya dipandang sebelah mata?
Pernahkah disaat kamu ingin mengeluarkan pendapat, kamu malah diacuhkan?
Pernah? Apa rasanya? Sakit hati.

Aku tidak bisa marah. Memendam adalah jalan keluarnya.
Kupendam seluruh rasa kesal itu. Memerahkan wajahku, selanjutnya mataku. Aku benar-benar merasa... aku ini tidak mempunyai nilai guna. Kasarnya, sampah.

Jadi... aku hanya bisa menumpahkan mililiter air mata ini. Hanya karena masalah sepele. How stupid i am.

Seandainya seperti oktober tahun lalu. Ada kamu yang selalu mendengar seluruh keluh kesah.

Harusnya aku sadar; kamu sudah mempunyai hidup yang baru dan mungkin sudah melupakan seluruhnya tentang Oktober.

Aku benar-benar butuh kamu sekarang. Rasanya aku ingin menangis di depanmu. Rasanya aku ingin menumpahkan segalanya dihadapanmu. Rasanya.... aku tidak dapat merasakannya, semua itu karena; Kamu tidak ada di sini.

Aku ingin mengulang kembali Oktober tahun lalu, kalau saja bisa.

Rabu, 16 Oktober 2013

Ribuan Pengandaian - Part I

Seandainya kamu masih disini.
Seandainya aku dan kamu masih saling sharing tentang kejadian yang telah kita lalui satu hari penuh.
Seandainya aku dan kamu masih bisa saling bertukar pesan.
Seandainya aku dan kamu saling menunggu pesan teks.
Seandainya aku dan kamu merasa kesal karena pesan yang saling kita kirim selalu saja pending.
Seandainya bulan November tahun kemarin dapat diulang kembali.

It's not November, but Lovember.

Seandainya aku dan kamu masih bisa saling ejek. Seperti waktu itu.
Seandainya aku dan kamu masih bisa menjahili satu sama lain. Seperti waktu itu.
Seandainya aku dan kamu selalu saja berbuat ulah. Seperti waktu itu.
Seandainya aku dan kamu masih larut dalam suasana malam itu. Masih ingat? Hampir saja tengah malam dan kita masih saja 'ngobrol' lewat direct message.

'If i like you, what would you do?'

Masih ingat?

Selamat pagi, Desember.

Masih ingat kejadian malam minggu tanggal 8 Desember 2012?
Dimana kita benar-benar dibebani oleh ujian akhir semester. Disaat itu pula aku mengungkapkan sebuah kalimat yang benar-benar sulit untuk aku katakan:

'I do like you, Vin.'

Dan... ingatkah kamu akan permainan truth or dare kita? Ya! Untuk ketiga kalinya kamu mengakui sebuah fakta. Fakta (yang mungkin dulu) tentang perasaanmu.

Seandainya aku dan kamu masih 'chat' tanpa kenal waktu.
Seandainya aku dan kamu masih saling berbagi canda dan tawa setiap saat.
Seandainya aku dapat menelponmu lagi seperti malam tahun baru kemarin, walaupun hanya beberapa detik. Entah apa, tapi aku benar-benar menyukai suaramu saat itu.

We were just friends, but we acted like lovers.

Itulah alasan kenapa aku sangat mencintai Desember. Seandainya kamu masih ingat.

Januari.

Seandainya aku tahu bahwa tempat duduk di kelas benar-benar dirancang sedemikian rupa untuk kita.
Seandainya aku tidak mempunyai rasa canggung pada saat itu.
Seandainya.... kejadian 14 Januari itu dapat terulang kembali.
Seandainya.... jam pelajaran geografi itu masih kau ingat.

Seandainya.

Selasa, 15 Oktober 2013

Belum Ada Judul

Selamat malam!

Oktober, ya, oktober. Entah ada apa di bulan ini, tapi aku merasa agak... ya... sedikit kesepian dan kehilangan.

Baru saja pulang dari acara tahunan sekolah. Ya, Tamu Tegak Calon Tegak (Baca: TTCT). Entah apa yang membuatku begitu teringat akan kamu, Vin.

Harusnya ada kamu di sini. Harusnya. Kan kamu dulu bertekad ingin memiliki dua buah bantara yang akan menempel di pundakmu. Dengan gagahnya.

Entah apakah gunung yang menjadi pasak bumi itu telah mengingatkanku kembali padamu, tapi yang pasti; aku benar-benar membutuhkan kehadiranmu saat ini juga.

Aku masih ingat betapa belangnya kulitmu itu. Dengan kening yang belang dikarenakan baret, dan ya, kulit putih pucatmu menghitam karena terbakar panasnya sinar matahari satu tahun yang lalu.

Linggamekar kini berbeda. Masih sama seperti dulu; rumputnya, kelokannya. Tapi sayang, pos lumpur kini telah ditutupi oleh tanaman padi

Satu lagi yang berbeda; Tidak ada kamu kali ini.

Rasanya seperti.... aku sedang mengulang kembali masa-masa oktober tahun lalu, bedanya kali ini aku menjadi panitia, bukan peserta.

Kudengar sabtu kemarin kamu bertemu teman lama, ya? Enak ya, melepas rindu bersama kawan lama. Bersenang-senang. Menghabiskan waktu bersama. Sadarkah kamu? Ada sedikit rasa sesal disaat aku tahu bahwa kamu menggagalkan rencanamu untuk datang ke sini.

Seandainya kamu tau seberapa senangnya aku disaat aku mengetahui kamu akan kembali ke sini hanya untuk bertemu teman lama. Ada sedikit harapan yang berjalan dipikiranku; Apakah aku dapat menemuimu? Apakah aku dapat melihat wajahmu? Karena sekecil apapun darimu, benar-benar akan merubah segalanya.

Mendengar kabar seperti itu saja aku sudah senang, apalagi jika aku dapat bertatap muka. Mimpi.

Bodohnya aku, aku hanya bisa memendam seluruh gengsi yang menyelimuti pikiran. Bodoh. Kamu terlanjur kembali ke tempat dimana seharusnya kamu akan habiskan untuk beberapa masamu.

Selamat jalan, Vin.
Jaga dirimu baik-baik.
Aku rindu kamu.
Jangan lupakan Cirebon, yaaa.

Tesstt

Hai tessst

Mengulang Kembali