Kamis. Hari yang paling dibenci oleh anak-anak kelas. Bagaimana tidak, Fisika, Matematika, Seni Budaya dan Kimia bersatu menjadi kesatuan yang benar-benar membuat kami muak.
Tidak terkecuali, Seni budaya.
Setelah kemarin tugas mendaur ulang barang bekas, kini saatnya tugas mengaransemen lagu.
Aku tidak mempunyai bakat dalam seni. Tolong aku.
Ibu Wati, guru Seni Budaya memerintah Rue untuk membuat gulungan kertas yang berisi nama-nama anak kelas, kemudian Ibu Wati mengelompokannya untuk menjadi sebuah kelompok seni musik.
Kelompok demi kelompok telah Ibu Wati bagi, tapi namaku belum saja disebut olehnya.
"Kelompok empat beranggotakan; Fathan, Rue, Ken, Anti, Dwiki, Elin, dan Nadia."
Ah akhirnya namaku disebut juga.... but, wait...
Ken...
Ken...
Ken...
Lagi-lagi Ken.
"Oh, God... why? Kenapa kamu lagi kamu lagi, Ken?" Keluhku.
"Haha, entahlah. Aku bosan satu kelompok denganmu, Nad."
"Lalu kamu pikir aku tidak bosan? Huh." Ken benar-benar membuatku jengkel.
Aku bosan satu kelompok dengan Ken. Sepertinya hampir setiap pelajaran, aku selalu satu kelompok dengannya. Entah itu disengaja atau tidak. Selalu saja Ken. Aku bosan Ken. Sungguh.
"Sudah sudah, Ken dan Nadia bertengkarnya nanti lagi saja." Potong Fathan.
Aku dan Ken saling menatap hina.
"..... guys, berhenti saling menatap seperti itu. Mari kita bicarakan lagu apa yang akan kita aransemen." Kata Fathan.
"Hmm... bagaimana kalau A Thousand Years-nya Christina Perry?" Usulku.
"Boleh juga tuh!" Teman-temanku mengiyakan.
"Tapi... lagu itu terlalu galau ngga sih, Nad?" Tanya Fathan.
"Iya sih... tapi lagunya enak kok. Galaunya di lirik yang 'How to be brave? How can I love when I'm afraid to fall?' "
"Huh dasar. Jomblo sih, jadi galau terus." Celetuk Ken.
"Heh, kok kamu ngga terimaan aja? Shut the fck up!!" Lagi-lagi Ken membuatku jengkel.
"Ih biarin. Dasar jomblo tukang nunggu weeee." Ejek Ken.
Rasanya aku ingin memukul kepalanya yang besar itu dengan sepatuku.
"Heeeey, bisakah kalian agak 'kalem' sebentar? Jangan berantem terus. Aku pusing melihat kalian yang selalu ribut setiap hari." potong Fathan.
Akhirnya aku dan Ken diam sejenak. Kupandangi mata sipit Ken. Ingin aku mencolok dua mata kepunyaan orang yang paling menyebalkan di dunia dan menelan bulat-bulat kedua bola mata itu.
"Apa kamu liat liat?" Kata Ken dengan nada mengejek.
"Ih, siapa juga yang ngeliat kamu. GR ish." Balasku.
"Diam atau kalian aku keluarkan dari kelompok ini." Kata Fathan.
"Ampun, Than! Hehe." Balas kami berdua.
"Okay, lagu bebas udah fix A Thousand Years, ya. Lalu lagu nasional sama daerahnya apaan?" Tanya Fathan.
"Lagu nasionalnya bangun pemudi pemuda aja!" Usul Rue.
"Dan lagu daerahnya Yamko Rambe Yamko aja!" Anti memberi usul.
Kami mengiyakan.
"Fixed, ya. Nanti aku yang main gitar dan Ken yang main keyboard." Kata Fathan.
"Oke siaaaaap!" Jawab aku dan kelompokku serentak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar