Oktober, 2012
Kubaringkan tubuhku ke atas benda empuk ini. Rasanya aku sedang berada di surga dunia. Bah, capek sekali. Satu hari penuh tenagaku dikeluarkan, belum lagi ada tambahan kegiatan yang benar-benar membuat tenagaku semakin menipis.
'Keeeeen.' Kukirim satu pesan teks pada sahabat laki-lakiku. Rasanya aku baru saja merasakan titik puncak kenyamanan dengan lawan jenis. Baru saja aku merasakan ini.
Tak lama kemudian, muncul sebuah notifikasi dari ponselku. 'Jaaaav javvvv.'
'Don't call me like that, dude-_- Kennnn, aku beteee.' Balasku.
'Yaudah, dav dav. Hehe. Kenapa?'
'Aku capek. Bayangin deh, blah blah blah.' Aku ungkapkan segala sesuatu yang benar-benar mengganggu pikiranku. Entah itu pelajaran, teman, ekskul, dan semuanya. Aku ungkapkan semuanya kepada Ken.
'Yaudah, sabar aja ya jav.'
Hanya itu? Hanya itu balasannya? Menyebalkan.
Tapi entah mengapa aku merasa sangat senang mempunyai teman macam Ken. Setidaknya aku mempunyai teman yang benar-benar dapat mendengarkanku walaupun ocehanku terkadang sangat tidak jelas. Dia selalu ada di saat aku benar-benar membutuhkannya. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih atas 'malaikat gagalmu' yang selalu ada untukku. Terima kasih, Ken.
Oktober, 2013
Rasanya aku ingin mati saja. Aku lelah dengan dunia. Sudah tau fana, masih saja dijalankan. Bodoh. Untuk apa aku hidup di dunia ini.
Dan besok.... serah terima jabatan ekskul yang aku geluti selama satu tahun ini. Apakah aku pantas? Apakah aku layak menerima jabatan itu? Apakah aku dapat bertanggung jawab atas semua kepercayaan itu? Aku bear-benar merasa tertekan.
Layak kah aku?
Penderitaan tidak sampai di situ. Besok aku harus menempuh tiga ulangan sekaligus; Fisika, Matematika, dan Biologi. Aku lelah. Sungguh.
Satu lagi...
Have you ever feel like a waste of space?
Aku pernah. Saat ini pula aku merasakannya. Persetan dengan semua itu.
Pernahkah kalian merasa benar-benar tidak dihargai?
Pernahkah kalian hanya dipandang sebelah mata?
Pernahkah disaat kamu ingin mengeluarkan pendapat, kamu malah diacuhkan?
Pernah? Apa rasanya? Sakit hati.
Aku tidak bisa marah. Memendam adalah jalan keluarnya.
Kupendam seluruh rasa kesal itu. Memerahkan wajahku, selanjutnya mataku. Aku benar-benar merasa... aku ini tidak mempunyai nilai guna. Kasarnya, sampah.
Jadi... aku hanya bisa menumpahkan mililiter air mata ini. Hanya karena masalah sepele. How stupid i am.
Seandainya seperti oktober tahun lalu. Ada kamu yang selalu mendengar seluruh keluh kesah.
Harusnya aku sadar; kamu sudah mempunyai hidup yang baru dan mungkin sudah melupakan seluruhnya tentang Oktober.
Aku benar-benar butuh kamu sekarang. Rasanya aku ingin menangis di depanmu. Rasanya aku ingin menumpahkan segalanya dihadapanmu. Rasanya.... aku tidak dapat merasakannya, semua itu karena; Kamu tidak ada di sini.
Aku ingin mengulang kembali Oktober tahun lalu, kalau saja bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar